http://www.terrasys.biz |
Halaman : 11 (Opini), Editorial
Tanggal : Saturday, January 23, 2010
Penulis : -
Tone : Neutral
Summary :
Belum juga proyek mass rapid transit (MRT) tahap pertama yang menghubungkan Lebak Bulus-Dukuh Atas dibangun, pemerintah kini telah melontarkan ide pembangunan MRT tahap ketiga yang menghubungkan jalur barat ke timur, yaitu dari Balaraja hingga ke Cikarang. Proyek prestisius ini diharapkan bisa memecahkan permasalahan angkutan massal perkotaan di Jakarta.
Menanti Proyek MRT Terwujud
Belum juga proyek mass rapid transit (MRT) tahap pertama yang menghubungkan Lebak Bulus-Dukuh Atas dibangun, pemerintah kini telah melontarkan ide pembangunan MRT tahap ketiga yang menghubungkan jalur barat ke timur, yaitu dari Balaraja hingga ke Cikarang. Proyek prestisius ini diharapkan bisa memecahkan permasalahan angkutan massal perkotaan di Jakarta.
Apabila mimpi ini tewujud, Kota Jakarta akan memiliki sistem angkutan massal yang terintegrasi menghubungkan jalur utara-selatan (Kota-Lebak Bulus) dan barat-timur (Balaraja-Cikarang).
Namun pada kenyataannya, pembangunan proyek transportasi massal di Ibu Kota lebih banyak bar' sebatas wacana. Idenya sudah ada sejak puluhan tahun lalu, tetapi nyatanya belum ada proyek yang terealisasi secara tuntas. Ide pembangunan MRT sendiri telah dimulai sejak 30 tahun lalu, nyatanya hingga kini belum juga dibangun.
Pada masa pemerintahan Presiden Soeharto telah dilontarkan proyek tripledecker yang pada jalur ini ada jalur arteri, jalan kereta, sekaligus jalan tol, dalam bentuk jalur tingkat tiga. Proyek busway yang menjadi program unggulan Gubernur Sutiyoso, kini tersendat pembangunannya dan tetap tidak bisa memecahkan keruwetan masalahan angkutan umum di Jakarta.
Pemerintah (pusat dan daerah) juga memiliki sejumlah proyek angkutan massal lainnya, seperti proyek monorel (green line dan blue line) yang kini menyisakan sederetan tugu tiang pancang dan telah menghabiskan dana yang tidak sedikit. Selain itu, proyek pembangunan enam ruas jalan tol di dalam kota, proyek kereta lingkar kota (loopline), hingga angkutan air (waterway) yang kini sudah tidak terdengar lagi kabarnya. Pada akhirnya masalah angkutan massal yang nyaman dan murah menjadi barang yang mahal bagi warga Jakarta.
Transportasi massal merupakan hajat hidup orang banyak, sehingga harus menjadi prioritas dan ditangani secara serius yang melibatkan beberapa pihak terkait. Sinergisitas pemerintah pusat dan daerah sangat diperlukan untuk mewujudkan proyek tersebut, khususnya terkait dengan pembuatan RUTR (rancangan umum tata ruang) Kota Jakarta.
Pembangunan sistem angkutan massal tidak boleh lagi dilakukan secara parsial, terlebih lagi hanya untuk mengakomodasi kepentingan pengembangan tertentu demi proyek properti yang dibangunnya. Membangun kota berbeda dengan sekadar membangun gedung atau perumahan. Konsep pengembangan sebuah kota mandiri pun harus diselaraskan dengan sistem, budaya, dan kebiasaan masyarakat. Percuma saja apabila warga yang bermukim di kota mandiri justru bekerja di pusat kota, sehingga tetap membuat macet jalan di Jakarta.
Pemerintah adalah pihak yang mempunyai kewenangan dan bertanggung jawab untuk membangun Kota Jakarta, termasuk membangun angkutan massal warganya. Mewujudkan pembangunan angkutan massal di Ibu Kota merupakan salah satu ujian dari pemerintah dalam menyediakan sarana transportasi massal demi untuk kepentingan masyarakat dan bukan atas dorongan atau kepentingan dad pihak pengembang tertentu.
0 comments:
Post a Comment